Tabloidrhema.com- Apakah Anda berpikir bahwa semua film natal yang dikemas dalam animasi yang lucu pasti aman dan menyenangkan untuk anak-anak?
Sayangnya, Anda salah besar.
Tidak semua film animasi, termasuk yang mengangkat tema natal benar-benar cocok untuk ditonton oleh anak-anak.
Salah satunya adalah film That Christmas. Film yang sekilas cocok untuk disaksikan bersama keluarga di momen natal ini justru menuai kontroversi karena dianggap melecehkan makna suci kelahiran Yesus Kristus.
Kisah Kontroversial dalam Film Natal That Christmas
That Christmas adalah film animasi yang ditulis dan disutradarai oleh Richard Curtis, yang sebelumnya dikenal lewat film Love Actually.
Film natal That Christmas mengangkat kisah tentang masyarakat di Wellington-on-Sea, sebuah kota fiksi yang mengalami badai salju besar yang menghancurkan rencana perayaan natal semua orang, termasuk Santa Claus.
Sekelompok anak-anak yang menjadi tokoh utama dalam cerita ini membuat sebuah drama Natal di sekolah.
Namun, bukannya menceritakan kisah kelahiran Yesus yang sebenarnya, mereka justru mengubah cerita tersebut menjadi parodi yang tidak sesuai dengan ajaran Alkitab, bahkan cenderung merusak arti kelahiran Yesus Kristus.
Dalam salah satu adegan, tokoh utama bernama Bernadette menyebut Yesus sebagai “pria keren” dengan janggut, rambut panjang, dan pekerja kayu, yang dia gambarkan sebagai “hipster.”
Bernadette bertanya secara retoris kepada para penonton di auditorium sekolah, katanya, “Dia pasti tidak ingin kita menceritakan kisah Natal yang membosankan itu setiap tahun, kan?”
“Dia pasti ingin pesta yang seru, vegetarian, multikultural, penuh lagu-lagu pop, dan hal-hal tentang perubahan zaman.”
Adegan Puncak yang Melecehkan Makna Natal
Puncak kontroversi dalam film natal That Christma terjadi ketika seorang gadis kecil yang memerankan Maria menyanyikan lagu Madonna yang berjudul Papa Don’t Preach.
Lagu yang secara gamblang membahas tema aborsi ini dinyanyikan oleh anak yang memerankan tokoh Maria sambil memegang semangka yang diukir menyerupai bayi Yesus.
Adegan semakin buruk ketika semangka tersebut jatuh dan pecah di tengah penonton.
Pesan ini bukan hanya tidak pantas untuk anak-anak, tetapi juga melecehkan makna suci Natal sebagai perayaan kelahiran Sang Juruselamat.
Tak heran jika beberapa penonton menyatakan bahwa “Yesus tidak pantas dijadikan bahan lelucon.”
Sebagai orang tua atau pendidik, penting untuk memastikan bahwa tontonan yang dipilih untuk anak-anak tidak menyeleweng dari nilai-nilai kebenaran, terutama hanya dengan kata-kata “Natal” tidak menjadikan sebuah film pasti aman.
Jangan mudah tertipu oleh tampilan animasi atau label “ramah anak.” Pastikan Anda mengetahui isi film sebelum menontonnya bersama keluarga.
Bagikan artikel ini sebagai langkah kecil untuk melindungi orang-orang yang Anda kasihi.Jc//TR.com